Jumat, 01 Maret 2013

MUKADIMAH



Ini adalah sebuah perjalanan tentang pergolakan batin seorang anak manusia mencari hakikat kebenaran akan agamanya. Akulah Muhammad Harmain, begitu indah kedua orang tuaku menamakan sibuah hatinya perjalanan hidupku sama seperti anak manusai lainnya , bermain bersahabat mencari jati diri. sampai disuatu masa aku mulai mencari makna & hakikat agamaku sendiri.
                                          Ust. Muhammad Al Harmain (087878108775)


PENCARIAN AKAN MAKNA HAKEKAT YANG TAK HENTI-HENTI

PERJALANAN 1

ATHEISME ITU FITRAH

            Disuatu hari ada seorang sahabat menanyakan sebuah pertanyaan kepada ku perihal keadilan Tuhan. Pertanyaannya membuatku membuatku bingung akan jawabannya. Aku bertanya kepada ustadz, guru  dan siapa saja yang aku anggap mampu memberikan jawabannya. Namun tak satupun yang mampu meberikan jawaban yang mampu membuat hati ku terpuaskan. Karena tak kunjung mendapatkan jawabannya akupun seperti putus asa dan kemudian menggadaikan akidah ku kepada suatu ruang yang menurutku adalah fitrah seorang yang mencari hakekat kebenaran, itulah ATHEISME.
            Hapir dua tahun lamanya aku medeklarasikan diriku sebagai seorang atheis. Hingga disuatu hari Allah SWT lah yang memberikan petunjuk dan Nur hidayah Nya.  Aku akhirnya menemukan jawaban yang selama ini aku cari . Aku mangalaminya secara langsung tanpa melalui mimpi ataupun jawaban dari orang lain.  Melalui kejadian itu akupun akhirnya memahami tentang hakekat keadilan Allah SWT, kemudian aku segera bertobat dan kembali kepada agamaku semula , yaitu ISLAM.

PERJALANAN 2

ISLAM MATERIALISME (ISMAT)
           
            Disuatu hari terbesit di benakku akan pertanyaan lagi tentang ke ghaiban Allah SWT. Yaitu tentang hakekat ke Maha  Ghaiban ALLAH SWT. Kembali pertanyaan ini membuatku melanjutkan pencarian tahap 2 yang terjadi pada diriku.
            Aku kembali menanyakan tentang zat Allah, kepada semua orang yang aku anggap mampu menjawabnya.  Namun  lagi-lagi aku kembali tak mampu menemukan jawaban yang mebuatku puas.  Aku beranggapan bahwa tuhan dan segala infrastrukturnya adalah materi. Hal ini bermula dari fikiranku mengenai pristiwa Isra Mi’raj yang dilakukan Rasulullah. Dimana pada saat itu  Rasul dengan jasadnya naik ke Sidratul Muntaha dan bertemu dengan Allah. kemudian dengan logika berfikirku yang dangkal akupun menyematkan sifat materi kepada Allah SWT. Kalu tidak bermateri (immateri) bagaimana mungkin Rasul dapat menemui dan melihat Allah SWT.
            Dalam proses pencarian makna Ghaib ini pun memerlukan waktu hampir selama empat tahun. Yang mana hal ini sangat mengganggu di benakku setiap hari. Hingga disuatu hari, takdir mempertemukanku dengan seorang guru yang kelak akan memberikanku tantang jawaban yang selama ini aku cari.
            Pada masa itu aku ingin mempelajari dan menggali salah satu ilmu kedigjayaan yaitu ilmu kebal. Akupun mengikuti semua petunjuk-petunjuknya, langkah demi langkah aku lakukan dengan penuh kegigihan dan kesabaran. Mulai dari ritual mandi, puasa selama 7 hari, sholat 5 waktu yang tak boleh aku tinggalkan ditambah dengan wiridan-wiridan yang diambil dari ayat suci Al-quran yang selalu aku dawamkan selepas sholat tahajud. Karena pada waktu itu aku menganggap puasa 7 hari secara terus menerus diluar bulan ramadhan itu tidak ada dalilnya maka aku menganggapnya sebagai bid’ah. Jadi aku mengambil waktunya pada saat bulan ramadhan. Tibalah pada waktunya dihari yang ketujuh aku mencoba membuktikan lelaku tirakat yang sudah aku jalani. Fikirku untuk menghindari terjadinya proses rekayasa atau trik-trik, aku mencobanya dirumahku sendiri, kebetulan rumahku dan rumah guruku sangat jauh. Namun aku tetap memberitahukan dan meminta izin kepada beliau via telepon, bahwa aku hendak membuktikan lelaku tirakat yang aku jalani. Detik demi detik begitu mendebarkan, golok daging yang sudah aku asah begitu mengkilap sudah ada dalam genggaman tangan kananku. Kuletakkan lengan kiriku diatas talenan kayu, secara perlahan-lahan aku mulai menyayat golok yang kupegang tersebut , aku merasa terkesima tangan kiriku yang begitu alot, bagaikan ban motor yang sangat  keras untuk di tembus. Akhirnya dengan penuh  keyakinan ayunan golokku ku hujamkan dengan lebih keras, sekeras-kerasnya. Subhanallah… tangan kiriku tetap keras, tak dapat di tembus oleh golok yang sudah kuasah dengan sangat tajam tadi. Kucoba berkali kali mengayunkan golokku sekeras-kerasnya untuk meyakinkanku,  namun golok tersebut tetap tak mampu menembus kulit tipis yang ada di tanganku. Sampai aku merasa lelah dan yakin bahwa golok tersebut tak mampu menembus kulitku meski hanya 1 mili pun.
            Alhamdulillah, melalui peristiwa ini akhirnya aku menemukan jawaban yang selama 4 tahun aku mencarinya, mengenai hakekat ghaib. Itulah ghaib…  sesuatu diluar akal, nalar dan logika manusia. Jangakan zat Allah SWT, sesuatu yang ada didepan mata kita saja kita tidak sanggup menjelaskannya (materi atau immateri).  Kembali aku terharu dengan kekuatan ayat-ayat suci  Al-quran yang aku lafadzkan. Sungguh Al-quran adalah mukjizat terbesar yang pernah ada….. itulah kekuatan tirakat. Allah SWT telah membuktikan kekuatan kalimah-kalimahnya kepadaku. Dikala manusia berpuasa, dalam kondisi yang lemah namun dalam kondisi keimanan yang baik, mampu memberikan kekuatan yang luar biasa pada tubuh manusia. Akupun semakin tertunduk malu kepada Allah dan memohon ampun atas kesombonganku selama ini.

PERJALANAN 3

MENGAMINKAN IDEOLOGI AHMAD DAHLAN (MUHAMMADIYAH)

            Realita persinggungan abadi antara 2 golongan besar di indonesia adalah suatu kenyataan pada kehidupan masyarakat yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Itulah ideologi Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) & ideologi Hasyim Ashari (NU)
            Di suatu sore disebuah masjid, usai melaksanakan shalat ashar berjamaah. Aku dengan 3 orang sahabat bersenda gurau memperbincangkan ego masing-masing. Dialah seorang sahabatku ber egokan jamaah kebon jeruk. Aku sendiri adalah islam setengah matang, atau kalau boleh juga disebut masih mentah…J, dan seorang sahabat yang berideologikan Ahmad Dahlan. Sampai disuatu moment ada pernyataan dari sahabatku yang Muhammadiahnya men “ Skak Mat” kami beruda. Pernyataanya yaitu. “  Yang membawa Islam Nabi Muhammad, yang tahu persis Islam sudah tentu Nabi Muhammad, jadi apa saja yang dilakukan nabi Muhammad ya lakukannlah, dan yang tidak dilakukan, ya jangan dilakukan, itu namanya bid’ah “. Pernyataannya ini seolah mendobrak pintu gerbang keragu-raguanku selama ini yang ada didalam pikiranku dan menurutku masuk kedalam logika berfikirku. Seperti seberkas cahaya yang menelisik kedalam jiwaku sehingga aku mengetahui kemana aku harus berjamaah. Sehingga sejak saat itu akupun menemukan Muhammadiyah sebagai hakekat kebenaran yang aku harus jalankan.
            Statement sahabatku itu aku copy paste dalam setiap perbincangan. Mereka yang bersebrangan dengan ku aku hujam dengan paradigma itu. Hingga suatu hari takdir mempertemukanku dengan seorang sahabat yang memiliki  pekerjaan serabutan. Namun pekerjaan utamanya adalah seorang penggali kubur. Diawali sebuah perbincangan yang sederhana, dimana akulah yang mendominasinya. Egoku menghantam setiap pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan hingga disuatu titik, ke egoanku dihempaskan oleh satu statement orang yang aku pandang sebelah mata, begini pernyataannya:  “ Ya benar, yang membawa Islam Kanjeng Rasul jadi yang tahu persis Islam ya kanjeng Rasul, tapi kan kanjeng Rasul gak pernah bikin aliran atau organisasi Muhammadiyah, yang bikin ntu mah KH. Ahmad Dahlan sudah semestinya orang-orang Muhammadiyah itu nyadar, jangan dikit-dikit bid’ah. Kalau mereka nyadar sebenarnya mereka itu juga NU, kan mereka ngikutin apa kata ulamanya, ntu KH Ahmad Dahlan, “Begini bang saya mah orang bodoh, kagak tahu ap-apaan, saya cuma sedikit paham.., semua itu perlu wasilah (jalan). Melalui malaikat Jibril Rasul berwasilah kepada Allah SWT. Bagitu juga kita, kalau mau nyambung ke gusti Allah SWT kita kudu pake wasilah. Wasilahnya kanjeng Rasul, shalawatlah sebagai tangganya. Tapi buat kita mah yang jaraknya udah seribu tahun lebih dari Baginda Rasul pun kudu punya wasilah, ya wasilah kita itu para Waliyullah, para ulama. Kalau kita mau langsung ke kanjeng rasul ya gak sampe / gak bisa. Itu namanya sombong.
            Subhanallah.. statement seorang sahabat itu bagaikan tamparan yang meluluh lantakkan seluruh ego yang selama ini aku agung-agungkan. Benar katanya, aku terlalu sombong hingga melupakan para waliyullah.

PERJALAN 4

TAKDIR MEMBAWAKU KE JAZIRAH BANTEN

            Karena sebuah pekerjaan takdir membawaku kesebuah tanah yang sakral yaitu tanah Banten. Tanah Banten merupakan gudangnya ilmu, tempatnya orang mencari manfaat dari para guru.  Saat itu aku mengerjakan sebuah proyek pembangunan pondok pesantren dan musholla. Aku tidur, makan disana bersama para santri. Setiap malam melalui toa pengeras suara, selalu terdengar suara lantunan shalawat zikir, pengajian atau manakiban yang menggunakan bahasa Jawa – Serang  yang terkadang mampu menggetarkan rongga-rongga jiwaku. Meskipun aku tidak memahami terjemahannya.
            Terdapat seorang guru di ponpes tersebut, yang kebetulan adalah seorang Kyai ponpes shalaf. Suatu hari aku berniat untuk bersilatuarahmi dengannya. Dan kebetulan aku juga memiliki tujuan atau pertanyaan mengenai diriku. Karena selama ini sepertinya selalu ada mahluk ghaib yang selalu membisikkan aku untuk selalu berbuat kebajikan. Melalui kyai ini aku hendak mempertanyakannya. Siapakah atau apakah mahluk ini.
            Singkat cerita akhirnya aku memulai pencarianku melalui bimbingan kyai ini. Hari pertama aku diperintahkan 1. mandi 2. Berpuasa disiang hari 3. menjaga wudhu 5. pada malam harinya aku melakukan wirid yang diberikan kiyai di pondoknya.
            Malam pertama Cuma kantuk dan lelah yang aku dapatkan. Di malam kedua ssungguh takjub, aku didatangi sosok orang tua berbaju putihberjenggot putih dan memperkenalkan dirinya sebagai mahluk yang sesekali membisikkan aku. Dialah khodam peninggalan ayahku. Keesokan harinya aku bertanya pada Kyai perihal kejadian semalam, namun hanya diam yang aku dapatkan, kemudian pak Kyai malah bertanya “Apakah kamu ingin melanjutkan?’. Dan akupun mengangguk menyetujuinya.
            Aku kembali melakukan hal yang sama di hari ketiga, lagi-lagi hanya kantuk dan lelah yang aku dapatkan. Kemudian aku lanjutkan dihari ke empat, dimalam ini aku di datangi oleh leluhur ayakhku yang berasal dari tanah Sriwijaya. Dan dihari ke enam akupun didatangi juga dari leluhur ibuku yang berasal dari tanah Jakarta. Dan di hari ke delapan dan ke sepuluh akupun didatangi oleh orang-orang besar (waliyullah besar) pada zamannya. yaitu Imam Nawai  dan Syeih Abdul Qadir Jaelani. Pertemuanku dengan kedua orang – orang besar itu terakhir itu membuat hati dan jiwaku luluh lantah, lemas dan juga bahagia. Merekapun menyampaikan pesan-pesan kehidupan yang mendalam kepada ku.

PERJALANAN 5

KEPULANGAN DARI TANAH BANTEN

            Sepulangnya dari tanah Banten aku kembali menjalani kehidupanku seperti hari-hari biasanya. Namu ada yang ganjil. Karena aku merasa selalu ada yang mengikutiku (mahluk ghaib), dan sosok ini bukan mahluk ghaib yang pertama sering membisikkan aku.  Apalagi jika aku seharian melakukan shalat 5 waktu, mahluk ini datang dan selalu menyampaikan nasehat-nasehat melalui kalbuku. Dan itu cukup mengusikku, sehingga akupun kembali melakukan tirakat yang sebelumny kulakukan di Banten untuk dapat menemuinya. Singkat cerita akupun berhasil berkomunikasi dan bersahabat dengannya hingga detik ini. Akupun menamainya “Sohibul ghoib”, sedangkan ia memanggilku “Sohibul Dzahir”. Sahabat baru ku ini pada masa hidupnya adalah seorang murid dari Syaikh Abdul Qodir Jaelani (SAQJ). Dan sebelum wafatnya beliau adalah seorang waliyullah yang bertugas menjaga tiang langit.  bertugas untuk mengajariku tentang isi langit dan bumi, yang semoga dengan pengetahuan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.
Bagitu banyak pesan-pesan dan nasehat yang dapat aku ambil dari pertemanan  ini, sehingga melalui tulisan ini aku hendak membaginya kepada teman-teman semua. Dan sesungguhnya ini hanyalah sebatas muthola’ah atau kajian semata, ambil sari-sarinya saja selama tidak bertentangan dengan Al-quran da Al-Hadits. Sohibul ghoib sendiri tidak pernah sepenuhnya saya aminkan pendapatnya dan saya tak pernah menjadikan dia guru, karena dia hanya mahluk yang tak luput dari ke dhaifan. Beristiqomahlah dalam bertarekat kedalam jamaah masing-masing. Selamat menyimak..


Penyusun : Efri Arfandi

1 komentar: