Ini
adalah sebuah perjalanan tentang pergolakan batin seorang anak manusia mencari
hakikat kebenaran akan agamanya. Akulah Muhammad Harmain, begitu indah kedua
orang tuaku menamakan sibuah hatinya perjalanan hidupku sama seperti anak
manusai lainnya , bermain bersahabat mencari jati diri. sampai disuatu masa aku
mulai mencari makna & hakikat agamaku sendiri.
Ust. Muhammad Al Harmain (087878108775)
PENCARIAN AKAN MAKNA HAKEKAT YANG TAK
HENTI-HENTI
PERJALANAN
1
ATHEISME
ITU FITRAH
Disuatu hari ada seorang sahabat
menanyakan sebuah pertanyaan kepada ku perihal keadilan Tuhan. Pertanyaannya
membuatku membuatku bingung akan jawabannya. Aku bertanya kepada ustadz,
guru dan siapa saja yang aku anggap
mampu memberikan jawabannya. Namun tak satupun yang mampu meberikan jawaban
yang mampu membuat hati ku terpuaskan. Karena tak kunjung mendapatkan
jawabannya akupun seperti putus asa dan kemudian menggadaikan akidah ku kepada
suatu ruang yang menurutku adalah fitrah seorang yang mencari hakekat
kebenaran, itulah ATHEISME.
Hapir dua tahun lamanya aku
medeklarasikan diriku sebagai seorang atheis. Hingga disuatu hari Allah SWT lah
yang memberikan petunjuk dan Nur hidayah Nya. Aku akhirnya menemukan jawaban yang selama ini
aku cari . Aku mangalaminya secara langsung tanpa melalui mimpi ataupun jawaban
dari orang lain. Melalui kejadian itu
akupun akhirnya memahami tentang hakekat keadilan Allah SWT, kemudian aku segera
bertobat dan kembali kepada agamaku semula , yaitu ISLAM.
PERJALANAN
2
ISLAM
MATERIALISME (ISMAT)
Disuatu hari terbesit di benakku
akan pertanyaan lagi tentang ke ghaiban Allah SWT. Yaitu tentang hakekat ke
Maha Ghaiban ALLAH SWT. Kembali
pertanyaan ini membuatku melanjutkan pencarian tahap 2 yang terjadi pada
diriku.
Aku kembali menanyakan tentang zat Allah,
kepada semua orang yang aku anggap mampu menjawabnya. Namun
lagi-lagi aku kembali tak mampu menemukan jawaban yang mebuatku puas. Aku beranggapan bahwa tuhan dan segala
infrastrukturnya adalah materi. Hal ini bermula dari fikiranku mengenai
pristiwa Isra Mi’raj yang dilakukan Rasulullah. Dimana pada saat itu Rasul dengan jasadnya naik ke Sidratul
Muntaha dan bertemu dengan Allah. kemudian dengan logika berfikirku yang
dangkal akupun menyematkan sifat materi kepada Allah SWT. Kalu tidak bermateri
(immateri) bagaimana mungkin Rasul dapat menemui dan melihat Allah SWT.
Dalam proses pencarian makna Ghaib
ini pun memerlukan waktu hampir selama empat tahun. Yang mana hal ini sangat
mengganggu di benakku setiap hari. Hingga disuatu hari, takdir mempertemukanku
dengan seorang guru yang kelak akan memberikanku tantang jawaban yang selama
ini aku cari.
Pada masa itu aku ingin mempelajari
dan menggali salah satu ilmu kedigjayaan yaitu ilmu kebal. Akupun mengikuti
semua petunjuk-petunjuknya, langkah demi langkah aku lakukan dengan penuh
kegigihan dan kesabaran. Mulai dari ritual mandi, puasa selama 7 hari, sholat 5
waktu yang tak boleh aku tinggalkan ditambah dengan wiridan-wiridan yang
diambil dari ayat suci Al-quran yang selalu aku dawamkan selepas sholat
tahajud. Karena pada waktu itu aku menganggap puasa 7 hari secara terus menerus
diluar bulan ramadhan itu tidak ada dalilnya maka aku menganggapnya sebagai
bid’ah. Jadi aku mengambil waktunya pada saat bulan ramadhan. Tibalah pada
waktunya dihari yang ketujuh aku mencoba membuktikan lelaku tirakat yang sudah
aku jalani. Fikirku untuk menghindari terjadinya proses rekayasa atau trik-trik,
aku mencobanya dirumahku sendiri, kebetulan rumahku dan rumah guruku sangat
jauh. Namun aku tetap memberitahukan dan meminta izin kepada beliau via
telepon, bahwa aku hendak membuktikan lelaku tirakat yang aku jalani. Detik
demi detik begitu mendebarkan, golok daging yang sudah aku asah begitu
mengkilap sudah ada dalam genggaman tangan kananku. Kuletakkan lengan kiriku
diatas talenan kayu, secara perlahan-lahan aku mulai menyayat golok yang
kupegang tersebut , aku merasa terkesima tangan kiriku yang begitu alot,
bagaikan ban motor yang sangat keras
untuk di tembus. Akhirnya dengan penuh
keyakinan ayunan golokku ku hujamkan dengan lebih keras,
sekeras-kerasnya. Subhanallah… tangan kiriku tetap keras, tak dapat di tembus
oleh golok yang sudah kuasah dengan sangat tajam tadi. Kucoba berkali kali
mengayunkan golokku sekeras-kerasnya untuk meyakinkanku, namun golok tersebut tetap tak mampu menembus
kulit tipis yang ada di tanganku. Sampai aku merasa lelah dan yakin bahwa golok
tersebut tak mampu menembus kulitku meski hanya 1 mili pun.
Alhamdulillah, melalui peristiwa ini
akhirnya aku menemukan jawaban yang selama 4 tahun aku mencarinya, mengenai
hakekat ghaib. Itulah ghaib… sesuatu
diluar akal, nalar dan logika manusia. Jangakan zat Allah SWT, sesuatu yang ada
didepan mata kita saja kita tidak sanggup menjelaskannya (materi atau
immateri). Kembali aku terharu dengan
kekuatan ayat-ayat suci Al-quran yang
aku lafadzkan. Sungguh Al-quran adalah mukjizat terbesar yang pernah ada…..
itulah kekuatan tirakat. Allah SWT telah membuktikan kekuatan
kalimah-kalimahnya kepadaku. Dikala manusia berpuasa, dalam kondisi yang lemah
namun dalam kondisi keimanan yang baik, mampu memberikan kekuatan yang luar
biasa pada tubuh manusia. Akupun semakin tertunduk malu kepada Allah dan
memohon ampun atas kesombonganku selama ini.
PERJALANAN
3
MENGAMINKAN
IDEOLOGI AHMAD DAHLAN (MUHAMMADIYAH)
Realita persinggungan abadi antara 2
golongan besar di indonesia adalah suatu kenyataan pada kehidupan masyarakat
yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Itulah ideologi Ahmad Dahlan
(Muhammadiyah) & ideologi Hasyim Ashari (NU)
Di suatu sore disebuah masjid, usai
melaksanakan shalat ashar berjamaah. Aku dengan 3 orang sahabat bersenda gurau
memperbincangkan ego masing-masing. Dialah seorang sahabatku ber egokan jamaah
kebon jeruk. Aku sendiri adalah islam setengah matang, atau kalau boleh juga
disebut masih mentah…J,
dan seorang sahabat yang berideologikan Ahmad Dahlan. Sampai disuatu moment ada
pernyataan dari sahabatku yang Muhammadiahnya men “ Skak Mat” kami beruda.
Pernyataanya yaitu. “ Yang membawa Islam
Nabi Muhammad, yang tahu persis Islam sudah tentu Nabi Muhammad, jadi apa saja
yang dilakukan nabi Muhammad ya lakukannlah, dan yang tidak dilakukan, ya
jangan dilakukan, itu namanya bid’ah “. Pernyataannya ini seolah mendobrak
pintu gerbang keragu-raguanku selama ini yang ada didalam pikiranku dan
menurutku masuk kedalam logika berfikirku. Seperti seberkas cahaya yang
menelisik kedalam jiwaku sehingga aku mengetahui kemana aku harus berjamaah. Sehingga
sejak saat itu akupun menemukan Muhammadiyah sebagai hakekat kebenaran yang aku
harus jalankan.
Statement sahabatku itu aku copy
paste dalam setiap perbincangan. Mereka yang bersebrangan dengan ku aku
hujam dengan paradigma itu. Hingga suatu hari takdir mempertemukanku dengan
seorang sahabat yang memiliki pekerjaan
serabutan. Namun pekerjaan utamanya adalah seorang penggali kubur. Diawali
sebuah perbincangan yang sederhana, dimana akulah yang mendominasinya. Egoku
menghantam setiap pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan hingga disuatu titik,
ke egoanku dihempaskan oleh satu statement orang yang aku pandang sebelah mata,
begini pernyataannya: “ Ya benar, yang
membawa Islam Kanjeng Rasul jadi yang tahu persis Islam ya kanjeng Rasul, tapi
kan kanjeng Rasul gak pernah bikin aliran atau organisasi Muhammadiyah, yang
bikin ntu mah KH. Ahmad Dahlan sudah semestinya orang-orang Muhammadiyah itu
nyadar, jangan dikit-dikit bid’ah. Kalau mereka nyadar sebenarnya mereka itu
juga NU, kan mereka ngikutin apa kata ulamanya, ntu KH Ahmad Dahlan, “Begini
bang saya mah orang bodoh, kagak tahu ap-apaan, saya cuma sedikit paham..,
semua itu perlu wasilah (jalan). Melalui malaikat Jibril Rasul berwasilah
kepada Allah SWT. Bagitu juga kita, kalau mau nyambung ke gusti Allah SWT kita
kudu pake wasilah. Wasilahnya kanjeng Rasul, shalawatlah sebagai tangganya.
Tapi buat kita mah yang jaraknya udah seribu tahun lebih dari Baginda Rasul pun
kudu punya wasilah, ya wasilah kita itu para Waliyullah, para ulama. Kalau kita
mau langsung ke kanjeng rasul ya gak sampe / gak bisa. Itu namanya sombong.
Subhanallah.. statement seorang
sahabat itu bagaikan tamparan yang meluluh lantakkan seluruh ego yang selama
ini aku agung-agungkan. Benar katanya, aku terlalu sombong hingga melupakan
para waliyullah.
PERJALAN
4
TAKDIR
MEMBAWAKU KE JAZIRAH BANTEN
Karena sebuah pekerjaan takdir
membawaku kesebuah tanah yang sakral yaitu tanah Banten. Tanah Banten merupakan
gudangnya ilmu, tempatnya orang mencari manfaat dari para guru. Saat itu aku mengerjakan sebuah proyek
pembangunan pondok pesantren dan musholla. Aku tidur, makan disana bersama para
santri. Setiap malam melalui toa pengeras suara, selalu terdengar suara
lantunan shalawat zikir, pengajian atau manakiban yang menggunakan bahasa Jawa
– Serang yang terkadang mampu
menggetarkan rongga-rongga jiwaku. Meskipun aku tidak memahami terjemahannya.
Terdapat seorang guru di ponpes
tersebut, yang kebetulan adalah seorang Kyai ponpes shalaf. Suatu hari aku
berniat untuk bersilatuarahmi dengannya. Dan kebetulan aku juga memiliki tujuan
atau pertanyaan mengenai diriku. Karena selama ini sepertinya selalu ada mahluk
ghaib yang selalu membisikkan aku untuk selalu berbuat kebajikan. Melalui kyai
ini aku hendak mempertanyakannya. Siapakah atau apakah mahluk ini.
Singkat cerita akhirnya aku memulai
pencarianku melalui bimbingan kyai ini. Hari pertama aku diperintahkan 1. mandi
2. Berpuasa disiang hari 3. menjaga wudhu 5. pada malam harinya aku melakukan
wirid yang diberikan kiyai di pondoknya.
Malam pertama Cuma kantuk dan lelah
yang aku dapatkan. Di malam kedua ssungguh takjub, aku didatangi sosok orang
tua berbaju putihberjenggot putih dan memperkenalkan dirinya sebagai mahluk
yang sesekali membisikkan aku. Dialah khodam peninggalan ayahku. Keesokan
harinya aku bertanya pada Kyai perihal kejadian semalam, namun hanya diam yang
aku dapatkan, kemudian pak Kyai malah bertanya “Apakah kamu ingin
melanjutkan?’. Dan akupun mengangguk menyetujuinya.
Aku kembali melakukan hal yang sama
di hari ketiga, lagi-lagi hanya kantuk dan lelah yang aku dapatkan. Kemudian
aku lanjutkan dihari ke empat, dimalam ini aku di datangi oleh leluhur ayakhku
yang berasal dari tanah Sriwijaya. Dan dihari ke enam akupun didatangi juga
dari leluhur ibuku yang berasal dari tanah Jakarta. Dan di hari ke delapan dan
ke sepuluh akupun didatangi oleh orang-orang besar (waliyullah besar) pada
zamannya. yaitu Imam Nawai dan Syeih Abdul Qadir Jaelani. Pertemuanku dengan kedua orang – orang besar itu terakhir itu membuat
hati dan jiwaku luluh lantah, lemas dan juga bahagia. Merekapun menyampaikan
pesan-pesan kehidupan yang mendalam kepada ku.
PERJALANAN
5
KEPULANGAN
DARI TANAH BANTEN
Sepulangnya dari tanah Banten aku
kembali menjalani kehidupanku seperti hari-hari biasanya. Namu ada yang ganjil.
Karena aku merasa selalu ada yang mengikutiku (mahluk ghaib), dan sosok ini
bukan mahluk ghaib yang pertama sering membisikkan aku. Apalagi jika aku seharian melakukan shalat 5
waktu, mahluk ini datang dan selalu menyampaikan nasehat-nasehat melalui
kalbuku. Dan itu cukup mengusikku, sehingga akupun kembali melakukan tirakat
yang sebelumny kulakukan di Banten untuk dapat menemuinya. Singkat cerita
akupun berhasil berkomunikasi dan bersahabat dengannya hingga detik ini. Akupun
menamainya “Sohibul ghoib”, sedangkan ia memanggilku “Sohibul Dzahir”. Sahabat
baru ku ini pada masa hidupnya adalah seorang murid dari Syaikh Abdul Qodir
Jaelani (SAQJ). Dan sebelum wafatnya beliau adalah seorang waliyullah yang
bertugas menjaga tiang langit. bertugas
untuk mengajariku tentang isi langit dan bumi, yang semoga dengan pengetahuan
ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.
Bagitu banyak pesan-pesan dan nasehat
yang dapat aku ambil dari pertemanan
ini, sehingga melalui tulisan ini aku hendak membaginya kepada
teman-teman semua. Dan sesungguhnya ini hanyalah sebatas muthola’ah atau kajian
semata, ambil sari-sarinya saja selama tidak bertentangan dengan Al-quran da
Al-Hadits. Sohibul ghoib sendiri tidak pernah sepenuhnya saya aminkan
pendapatnya dan saya tak pernah menjadikan dia guru, karena dia hanya mahluk
yang tak luput dari ke dhaifan. Beristiqomahlah dalam bertarekat kedalam jamaah
masing-masing. Selamat menyimak..
Penyusun : Efri Arfandi
Penyusun : Efri Arfandi
mantap
BalasHapus